02 September 2009

Perjalanan Bersama Anak-anak KKN

Selasa, 1 September 2009
Kami berangkat menuju Penajam Paser Utara (PPU), atau lebih terkenal dengan nama Penajam saja.
Awalnya ini adalah ide dari Tuti dan Yuli (KKN) untuk pergi ke pantai. Tujuan mereka memang ke salah satu pantai di Penajam. Mereka dengar dari temen-temen mereka. Aku pun diajak untuk pergi ke sana bersama mereka. Awalnya semua anak-anak KKN mau ikut. Tapi Kia lagi pulang ke rumah (daerah Ringroad), Eka pun tiba-tiba pulang pagi-pagi, dia dijemput Bapaknya. Nah, sekarang yang akan ikut : Yuli, Tuti, Noven, Cipto, dan Radhy (KKN) dan 2 orang anak Kariangau : Jumari dan Iwan (Unta), tentu saja aku juga donk. Tapi, tiba-tiba Cipto tidak jadi ikut. Yahh, berkurang lagi 1 personil nih.
Kami pun menuju Pelabuhan Ferry Kariangau yang tidak jauh dari rumahku dan posko KKN. Sebelumnnya aku dijemput dari rumah ke posko KKN. Motor yang digunakan 4, aku dengan Noven, Yuli dengan Tuti, Jumari dengan Iwan, dan Radhy sendiri. Kami pun sampai di Pelabuhan Ferry, kami membeli tiket terlebh dahulu. Harga untuk kendaraan bermotor Rp.16.500 dan untuk penumpang dewasa Rp.5000. Sampai di pelabuhan ferry, kami menunggu ferry yang datang sekitar setengah jam.
Di Ferry kami berfoto-foto ria, bahkan sempat menjadi pusat perhatian penumpang lainnya.
Tak apalah, kami kan anak muda yang narsis dan gila foto, hahahaaa :-)
(foto di samping: Yuli-Jumari-Tuti-Noven, Radhy-Iwan)
Perjalanan sekitar 1 jam kami habiskan dengan foto-foto dan bercerita di ferry. Seru habis deh pokoknya.
Akhirnya, kami sampai juga di Penajam. Kami langsung pergi dan terlebih dahulu singgah di posko KKN di sana. Kebetulan ada teman dari Noven, Radhy, dan Tuti di sana.
Puas istirahat sejenak di posko KKn itu, kami melanjutkan perjalanan menuju Pantai Tanjung di daerah Petung, kira-kira hampir 20 km dari Pelabuhan Penajam. Sempat nyasar malah sampai ke Waru, dan akhirnya kami harus putar balik sekitar 5 km. Ban motor Radhy bocor pula pas nyampe Tanjung, kasian.
Di Pantai Tanjung sepi banget, cuma ada 3 anak kecil yang sedang main-main. Tapi, pantainya masih asri. Tidak ada kotoran seperti di pantai-pantai yang sering aku datangi.
Sepanjang jalan menuju pantai ini dipenuhi oleh pohon kelapa. Sungguh berat godaan bagi kami yang sedang berpuasa. Kalau masih anak-anak, mungkin kita rame-rame minum es kelapa.
Pulang dari Pantai Tanjung, kami menuju Pantai Nipanipa. Tapi, kami mampir dulu ke tempat tambal ban, untuk menambal ban motor Radhy yang bocor.
Perjalanan lanjut ke Pantai Nipanipa, di sana pun sepi. Tak ada sesosok manusia pun, mungkin karena hari kerja atau lagi puasa, jadi yang jualan pun tak ada yang buka. Tak lama juga kami di sana.
Kami memutuskan untuk kembali ke posko KKN di Penajam. Istirahat di sana sebelum pulang. Jam 2 kami tiba di sana. Kami tidur pulas di sana karena kelelahan. 1 jam kami menghabiskan waktu untuk tidur. Posko KKN di sana cukup sederhana, posko ini sebenarnya sekretariat electone, sehingga banyak alat-alat musik di dalamnya, sebagian besar juga terdiri dari kayu.
Jam 3.30 kami meninggalkan posko KKN ini.
Kami kembali menuju pelabuhan, menunggu ferry. Untung saja sampai di sana kami langsung naik ke ferry, jadi tidak perlu menunggu waktu yang cukup lama. Di ferry ini kami dapat tempat duduk yang dekat dengan makanan. Sudah kami pada capek, lelah, letih, lesu, ditambah dengan hidangan makanan dan minuman yang menarik mata, godaan lagi.
Ditambah pula dengan suara kencang sales yang menawarkan dagangannya. Mulai ferry berangkat dari Penajam sampai di Kariangau, tidak berhenti, non-stop. Nggak haus ya sales itu? karena bosan, ya kami foto-foto aja. Liat aja tuh Yuli sampai terlihat tidur di foto.
Sampai di Kariangau, aku singgah di posko KKN, Jumari dan Iwan kembali bekerja di Galangan. Melepaskan lelah sejenak. Setelah itu aku diantar pulang sama Radhy.
Buka puasa, waktu yang sangat aku nanti. Awal buka aja 1 gelas besar teh es manis, habis kubabat, pas makan 1 gelas air putih dingin pun habis, dan sambil menikmati ote-ote pun es limus habis 1 gelas besar. Aku sms anak-anak KKN, ternyata mereka juga pada kehausan. Setelah itu aku terlelap sampai waktu sahur tiba.

0 komentar: